Salah satu permasalahan yang akhir-akhir ini semakin menjadi pusat perhatian adalah permasalahan sampah dan penanganannya.
Secara umum sampah dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu sampah organik dan sampah non-organik. Permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah non-organik secara khusus menuntut perhatian lebih, karena sifat dari sampah ini sukar terurai ketika sudah dibuang, sehingga berpotensi untuk menjadi unsur pencemar bagi tanah dan air.
Seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung untuk lebih praktis dan mudah. Penggunaan plastik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari cenderung semakin meningkat. Karena plastik tergolong sebagai bahan non-organik, maka pelapukan plastik juga memakan waktu yang sangat lama, sehingga sangat berpotensi untuk menjadi pencemar yang semakin memprihatinkan.
Berbagai upaya untuk menanggulangi permasalahan yang ditimbulkan oleh plastik sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Secara umum penanggulangan permasalahan sampah plastik itu, berkisar pada upaya yang terkenal dengan istilah 3R, yaitu Reuse, Reduce dan Recycle.
Reuse atau memakai kembali, yaitu menggunakan kembali barang-barang yang masih layak pakai. Dengan memakai kembali diharapkan akan mengurangi penggunaan barang berbahan plastik, sehingga dengan sendirinya sampah-sampah berbahan plastik pun akan terkurangi.
Reduce atau mengurangi adalah upaya menekan pemakaian plastik secara berlebihan dengan cara menggunakan barang berbahan jenis lain yang lebih ramah lingkungan.
Recycle atau daur ulang adalah mengolah kembali sampah-sampah berbahan plastik. Sehingga barang yang tadinya sampah, setelah diolah bisa kembali digunakan.
Jika kita perhatikan, proses recycle atau daur ulang memiliki peran yang cukup besar dalam mengurai permasalahan sampah plastik yang ada disekitar kita. Proses daur ulang plastik secara umum melibatkan beberapa komponen, mulai dari bentuk sampah sehingga menjadi produk baru yang siap digunakan lagi. Berawal dari sampah plastik yang berserakan atau di tempat penampungan (TPS, TPA), diambil oleh pemulung dan pengepul untuk dipilih dan dipisah-pisahkan berdasarkan jenis plastiknya. Selanjutnya sampah plastik yang sudah dipisahkan di kirim ke penggilingan untuk diolah menjadi bahan baku pembuatan kemasan oleh pabrik-pabrik.
Jika melihat proses di atas, peran seorang pemulung tidak bisa dianggap remeh. Merekalah yang mau bersusah-susah mengumpulkan dan memilah sampah plastik sehingga bisa diolah kembali. Memang secara ekonomi mereka mendapat keuntungan dari hasil menjual barang-barang yang mereka kumpulkan. Tetapi kita semua tahu, jika dibandingkan dengan profesi yang lain, tingkat kehidupan para pemulung masih jauh di bawah. Penghasilan mereka masih dapat dibilang pas-pasan, mungkin hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Sementara untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan dan sebagainya masih belum tercukupi.
Perlu kiranya berbagai pihak untuk mulai peduli dengan kehidupan para pemulung. Banyak hal yang bisa kita tunjukkan sebagai bukti kepedulian kita.
Salah satu yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini sebagai wujud kepedulian saya kepada para pemulung dan pengepul yang membersihkan dan memilah sampah adalah sebuah usulan atau saran untuk design label pada tutup kemasan gelas minuman plastik, terutama yang berjenis PP atau dikalangan pemulung atau pengepul terkenal dengan nama aqua gelas atau orson.
Untuk Anda yang awam dalam urusan sampah plastik, saya akan jelaskan dulu apa yang menjadi dasar pemikiran usulan saya ini. Untuk melakukan proses daur ulang plastik, pabrik harus memperhatikan jenis-jenisnya terlebih dahulu. Berbagai jenis plastik yang dapat didaur ulang dapat dilihat dari kode yang biasanya terletak di dasarnya, dengan penjelasan sebagai berikut :
Bagi para pemulung untuk membedakan berbagai jenis plastik ini sudah tidak harus memperhatikan lagi logo di bawahnya, berdasarkan tampilan fisiknya saja mereka sudah bisa membedakan.
Berbagai jenis sampah plastik ini ternyata dibeli dari pemulung oleh pengepul atau pabrik penggilingan dengan harga yang berbeda-beda. Salah satu yang termasuk memiliki nilai jual yang lumayan bagus adalah sampah jenis plastik yang berasal dari kemasan minuman bening, yang berbahan dengan kode PP, atau dikalangan pemulung disebut aqua gelas, ada juga yang menyebut orson.
Dari pemulung sampah kemasan minuman ini dapat dijual dalam keadaan kotor, yaitu masih terdapat tutup atau sudah dalam keadaan bersih tanpa tutup, seperti dibawah ini :
Ada perbedaan harga yang cukup mencolok antara menjual dalam keadaan kotor, dibandingkan dengan keadaan bersih. Dalam keadaan kotor harga jual dari pemulung berkisar antara Rp. 2500,- sampai Rp. 3500,- per kilogram, sedangkan harga jual bersih berkisar antara Rp. 6000,- sampai Rp. 7000,- per kilogram.
Untuk meningkatkan harga jual sampah PP ini pemulung biasanya membersihkannya dulu, dengan membuang bagian tutup dari gelas yang berwarna tidak sama dengan bagian gelasnya.
Disinilah masalahnya, jika diperhatikan dua jenis minuman gelas dengan merek yang berbeda diatas, untuk membersihkan tutupnya memiliki tingkat kesulitan berbeda. Untuk merek tertentu, seperti yang saya tampilkan di atas, bagian tutup yang menempel dengan bagian gelas tidak berwarna (bening) sehingga untuk membersihkannya cukup hanya dengan menyobek bagian tutupnya saja dengan pisau atau dengan tangan. Hanya membutuhkan waktu yang sedikit dan tidak membuang bagian gelasnya.
Sedangkan untuk merek-merek seperti gambar yang dibawahnya, bagian tutup yang menempel dengan gelasnya berwarna, sehingga untuk membersihkannya agar bagian gelas tidak bercampur dengan warna lain, bagian yang berwarnanya harus dihilangkan. Bisa dengan cara dipotong oleh pisau atau gunting atau dikerik dengan pisau atau mesin gerinda. Dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk membersihkannya, dan jika dipotong ada bagian atas gelasnya yang terpisahkan yang kemudian dijual dengan harga yang jauh lebih murah.
Andai saja semua gelas minuman plastik design tutupnya seperti yang jenis pertama, tentu akan memudahkan para pemulung membersihkannya, sehingga mereka dapat dengan mudah menjualnya dengan harga yang lumayan berbeda. Ini juga menguntungkan pabrik-pabrik penggilingan, karena untuk membersihkan tutup plastik yang jenis kedua dibutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Rata-rata upah membersihkan tutup ini berkisar antara Rp. 1000.- sampai Rp. 1500, - perkilogram, dan jika dikerjakan secara manual paling banyak per orang karyawan hanya mampu mengerjakan 10 – 15 kg per hari.
Secara ekonomi kita dapat menghitung perbandingan penghasilan seorang pemulung atau pengepul jika harus menjual sampah jenis PP (aqua gelas) ini dalam keadaan kotor dibandingkan dalam keadaan bersih jika tidak harus ada proses yang lama dan tanpa biaya tambahan. Jika seorang pemulung per hari mendapatkan plastik jenis PP (aqua gelas ini) rata-rata 3 kilogram, atau kalau kita bulatkan satu bulan dapat 100 kilogram. Kemudian dijual dalam keadaan kotor dengan harga Rp. 3000 per kg, mereka hanya dapat uang Rp 300.000,-. Bandingkan jika menjual dalam keadaan bersih dengan harga Rp. 7000 per kilogram, dengan potongan tutup 20%, mereka akan dapat uang Rp. 560.000,- artinya ada selisih sebesar Rp. 260.000,-. Nilai yang cukup lumayan untuk seorang pemulung.
Dalam tulisan ini saya menyarankan kepada produsen minuman yang menggunakan kemasan gelas plastik untuk mempertimbangkan design tutup kemasannya, sehingga bagian yang menempel dengan gelasnya dibuat bening atau tidak berwarna. Atau kepada pihak-pihak pemerintaha atau LSM yang peduli kepada upaya penanganan sampah secara khusus para pemulung yang menjadi bagian dari daur ulang plastik, untuk mendesak agar ada regulasi mengenai design tutup kemasan gelas minuman seperti yang saya jelaskan di atas.
Terakhir semoga tulisan ini menjadi sebuah bukti kepedulian saya kepada para pemulung khususnya dan kepada upaya penanganan permasalahn sampah pada unumnya. Saya berharap ada pihak-pihak yang tergerak untuk menindaklanjuti tulisan ini dalam bentuk kegiatan yang lebih nyata.
Lapak PALUNG Bandung, 31 Januari 2012
Uuh Hoeruddin
http://palung-bandung.blogspot.com/